Larutan Makna.
Sore
hari berlalu begitu cepatnya, seolah matahari enggan lagi menonggakkan sinarnya
keseluruh penjuru negeri ini. Tepat seperti kabur dari singgasananya. Dia masih
terduduk disuguhi secangkir kopi disekitar pelabuhan tanpa dermaga, turut duduk
angin dan air disebelahnya, dia adalah sang penghayal yang selalu berteman
kepada kerinduan.
Tanpa
sadar kopi itu ikut merubah langit yang mulai gelap tanpa bintang dan hanya ada
bulan yang tersenyum kepada dirinya, dia masih tertegun dan terperanjat dalam
dentuman semilir angin yang enggan pergi dari sisinya. Dengan jemari nya,
kemudian ditenggaknya lah kopi tadi, sambil berpikir dalam nada dan sambil
berpikir dalam larut. Gumam nya dalam hati seakan panjatan doa hikmat kepada
Kuasa bumi. Oh Gusti kenapa hari ini berganti begitu cepat, sedangkan aku masih
terbujur menikmati permainya air yang dari tadi memanggilku dengan ombak
ombaknya? Sungguh Besar Ke-agungan Mu.
Sesosok
pria ini bergumam dengan gagahnya namun tetap saja ia melewatkan waktunya sambil
berlarut dalam kegelisahan dan kenikmatan ketenangan yang dimiliki sekitarnya.
Waktu berputar enggan kembali lagi, sayup sayup gemuruh angin mulai deras
seperti bak hujan yang akan turun. Next………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar